Selasa, 10 Mei 2016

Tetap Mendampingi Korban : NII, Gafatar, Al Qiyadah Al Islamiyah

kiriman dari seseorang di kolom komen web ini :
Utk mengungkapkan NII kw 9 sesuai dengan fakta. Bagaimana sejarahnya dan kapan metodologi ini muncul di Indonesia. Berpikirlah secara sederana. Tidak perlu menjelaskan secara teknis karena sudah tentu banyak sekali yang di tambahkan dan di buat sedramatis mungkin. Pertanyaan disini adalah bagaimana nasib yg keluar dari NII, dan apa dampak dari diri orang tsb?
Nii ini layaknya seperti MLM dimana sang sales menjual produk dagangannya kepada konsumen. Supaya mau membeli produk tsb, pengaruhi dia dengan iming-iming kata “surga” pasti tertarik. Kemudian jika ingin yakin dia bakal beli produk tsb, sebaiknya cukup mempengaruhi 1 konsumen saja. Alasannya kalo dia ragu-ragu maka dia tidak bisa menanyakan kepada yang lain. Tapi untuk meyakinkan dia maka ajak temanmu yang dia kenal utk mendampinginya. Jadi kalo dia ragu-ragu pasti dia akan tanya ke temanmu itu. Ini disebut juga strategi pemasaran. Sama halnya kamu masuk ke angkot yg ada penumpangnya dan ternyata penumpang tsb masih ada kerabat dengan supir angkotnya.
Nah bagaimana jika konsumen terlanjur membeli dan menyesalinya. Tentu buang saja barangnya.
Lalu bagaimana dgn NII? Setelah si konsumen ini tertarik dengan produk ini. Konsumen mewajibkan utk menyicil produknya, dengan begitu otomatis konsumen akan terikat dengan perusahaan nii ini. nyicilnya pun sampai “futuh”. Nah disinilah konsumen akan dimainkan secara psikologis (di pengaruhi dan di hasut). Muncullah dokrin ala NII, sama halnya seperti kita mengenal AQUA, jika kita melihat minuman VIT tetap menyebutnya AQUA bukan. Itu yg d sebut dokrin. Hasil dokrinan inilah kita percaya. Apapun yg di katakan mas’ul diikutin tanpa bertanya, karena apa? Karena kita percaya sama mas’ul. Kemudian diberikanlah “cinta” sehingga kita mau mengorbankan apapun. Karena yg diberikan hanya cinta dan tidak kasih sayang maka kita sadar ada yg salah. Cinta itu lamban laun akan terkikis, tapi kasih sayang sepanjang masa. Sayangnya Nii hanya memberikan cinta saja. Kemudian kita merasa di khianati dan keluar dari Nii. Kemudian apakah setelah keluar, urusan selesai? Tidak. Kalo soal harta pasti tidak kembali. Tapi yang keluar dari Nii, luka hati menjadi berbekas. Krn putus cinta.
Yang berbahaya di NII bukan masalah infaqnya, tetapi melainkan psikologis si korban. Kekerasan dibagi menjadi 2, yaitu kekerasan fisik dan psikologis. Nii memanfaatkan psikolgis tersebut. Krn itulah saat keluar dari Nii, si korban menjadi linglung dan tidak tahu arah serta ketakutan. Adakalanya dia menjadi pembenci. Karena itu kalo disebut si korban sudah sadar, sudah sadar gimana? Sudah sadar belum tentu sudah sembuh, dia tentu saja masih sakit karena kekerasan psikologis yg dilakukan oleh nii, contohnya pembullyan baik berupa tekanan, pemaksaan dll. Mari kita tetap mendampinginya utk menyembuhkan lukanya. Jangan hanya blg “Alhamdulilah” saja, tapi wujudkan dengan tindakan kita

Kamis, 05 November 2015

Pengalaman Pahit 5 Tahun Hidup di NII

Pengalaman Pahit 5 Tahun Hidup di NII

Afwan baru buka email lagi .. sedang sibuk tingkat akhir soalnya .. mohon doanya pak supaya saya segera lulus ..

Tentang NII itu sebetulnya saya hanya baru menduga dari ciri2 ada infaq dluar kwajaran, doktrin yg dipaksakan dan ya materi kajian yg ganjil. Kalau benar2 mengaji kan ahsan nya akhwat dgn akhwat lagi .. tapi ini bisa dicampur ikhwan akhwat.

Mereka teroganisir rapi pak setiap kali mau iedul adha ada uang qurban yg dipaksakan, karena mreka semua jual hewan qurban. Kalau iedul fitri mereka berjualan kue2 kering uangnya bukan untuk mereka melainkan untuk "negara" mereka sering sebut dienul islam. Untuk kajian mereka sering menipu, sampai2 di depan rumah kontrakan yg mereka sering pakai kajian itu ditulis pt.javora agar masyarakat sekitar tdk curiga.

Mereka berpindah2 dari mulai kontrakan yg ckup jauh dari warga sampai sekolah mereka gunakan untuk kajian. Tapi mereka memanipulasi semuanya memalsukan semuanya seolah2 tdk ada kgiatan yg mencurigakan hanya menyampaikan materi seminar padahal di dalamnya mereka mencuci ratusan atau puluhan calon korban.

Ada yg merwka sebut bai'at juga saya sempat juga dibawa ke sebuah kontrakan kecil bersama 2 teman saya kita disana didoakan katanya supaya hati teguh tapi bukan saya makin teguh saya malah makin curiga, isinya berupa syahadat tp ada doa tambahan meskipun saya dipaksa mengucap hati saya berontak ini tidak benar.

Selama 5 tahun itu hidup penuh tekanan karena saya terus dipaksa membawa teman tapi saya tidak pernah membawa 1 temanpun. Saya fkir kalau ini salah bagaimana saya nanti menjeumuskan teman sendiri. Sampai2 mereka memaksa menyebutkan teman saya semuanya di sebuah kertas, terpaksa saya tulis saja namanya walau fiktif. Tidak ada 1 namapun yg benar teman saya, namanya saya palsukan saja.

Ada celetukan dari salah satu pimpinan mungkin ckup tinggi jabatan dia di NII soalnya dia itu pandai bicara memutar balik fakta, dia bilang "mau infaq ga?" tapi infaq yg besar buat dienul islam..saya bilang saja saya jg masih uang org tua mana ada buat infaq bgtu apalagi jumlah besar, bukannya berdosa kalau infaq tnpa keikhlasan dan apalagi dia bilang kan org tua sudah memberinya k kamu jd itu sudah hak kamu.. Tapi saya timpali lagi ya hak saya tapi ada kewajiban untuk saya mempergunakan uang org tua sebijak mgkin, mngingat cari uang tu susah.

Ada pengalaman yg ckup buruk juga dgn slh seorg akhwat, saking saya dipaksanya untuk berinfaq saya dipaksa bekerja paruh waktu di sebuah tempat outbond dengan bayaran 50 ribu sehari.. Tetapi ada yg ganjil disana kan saya harus pakai celana sedangkan posisi saya akhwat berhijab dgn gamis dan saya gamau memakai celana. Si akhwat itu malah bilang gapapa posisinya lagi darurat pakai aja celana lagian pkai rok nanti kotor2an gimana, saya tetap dgn pendirian saya memakai gamis kotor2an sehari itu dan akhirnya saya bilang, kalau memang ada infaq kenapa uang infaq itu tdk diberikan saja untuk saya yg posisinya saya sbetulnya yg membutuhkan, karena saya tdk mampu membayar infaq. Saya tdk mau lagi dipaksa bekerja bgtu lebih baik saya tinggalkan NII yg begini saya tegaskan lagi saya bilang , kenapa untuk berislam begitu sulit.

Dlu aja rasululloh tdk memaksa umatnya untuk berinfak apalagi dgn menghalalkan sgala cara. Eh akhwat teman saya itu dia marah, malah sempat dia mengadu sama pimpinan nya lagi yg entahlah siapa itu yg jelas bapak2 katanya mau ktemu saya karena saya berontak terus gamau diatur. Pas ketemu orgnya biasa aja ga kliatan kaya ustadz tp dia ceramahin saya pas tiba waktu dzuhur saya kan mau shalat dia bilang nanti saja ini lbh penting . Saya tetap maksa shalat saya biarkan aja saya pergi k mesjid terdekat saya nangis disitu ngadu sama alloh.. Masa buat beribadah aja dipersulit. Pas saya balik lagi karena saya gatau itu tmpat nya dmna karena waktu datang itu saya dijemput sm akhwat itu mnuju tempat itu kalau saya tdk kmbali saya tdk akan tau jalan pulang nantinya. Dia kmbali ceramah tapi saya banyak menentang sampai wajah saya sudah tdk manis lagi saya menampakan ketidaksukaan dgn dia, dia emosi dgn saya dan saya meminta untuk pulang saja. Banyak lagi cerita sebetulnya hanya saya sampaikan begitu dulu.

Senin, 04 Februari 2013

GUNAWAN, MANTAN KARYAWAN AL ZAYTUN

Asalamualaikum wr wb
Bisa minta info tentang. Mantn karyawan al zaytun.
Atau no yg bisa di hubungi.aku dulu di dabian garmen
Klr th2005 smpk sekrg melum prnh ktemu teman2x yg dri al zaytun thkgs.
silahkan mencantumkan no hp di kolom komentar di bawah ini